PENALARAN, INDUKSI, DEDUKSI
1. PENALARAN
A.
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera(pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
B.
Hal-hal yang berhubungan dengan penalaran :
-
Induksi
-
Deduksi
C.
Contoh Kasus
- Dalam pengertian aktivitas seseorang
berpikir logis.
Contoh
; Hakim tingkat banding Pengadilan Tinggi Agama menerbitkan putusan sela,
dengan memerintahkan kepada ; Pengadilan Agama, untuk melakukan pemanggilan
kepada Pembanding dan Terbanding, agar supaya hadir pada persidangan di PTA
pada tanggal 23 Maret 2011, guna dimintai keterangannya. Tetapi pada amar
putusan sela yang lain, memerintahkan pula kepada Pengadilan Agama untuk
melakukan sidang di tempat atas obyek sengketa, yang terletak di daerah Jakarta
Selatan, Bandung, Bogor dan Raha,tanpa menyebutkan ketentuan batas waktu.
Pernyataan
ini sesungguhnya tidak memiliki kandungan nalar dan penalaran yang benar,
karena ada dua hal yang tidak masuk akal, yaitu:
a. Bagaimana mungkin sidang di PTA digelar yang
pada intinya, bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan konkret atas obyek
sengketa dengan ketentuan waktu pada tanggal 23 Maret 2011, sementara
memerintahkan pula Pengadilan Agama untuk melakukan sidang pemeriksaan di
tempat tanpa menyebut batas waktu dan adanya pengiriman berita acara
hasil pemeriksaan di tempat tersebut ke PTA.
b. Apa yang mau diperjelas dan konkret pada
persidangan di PTA pada tanggal 23 Maret 2011, sementara pemeriksaan setempat oleh PA
di beberapa daerah belum dilakukan.
·
Jangkauan pikir.
Contoh
; Seorang hakim dengan giatnya membaca dan belajar serta selalu
mempersiapkan referensi buku-buku hukum, jurnal hukum, baik hukum formal maupun
hukum materiil. Bahkan ia sering melakukan diskusi hukum dan juga rajin membaca
putusan-putusan hakim melalui yurisprudensi, sehingga pada saatnya nanti ia
berharap akan menjadi hakim yang lebih berkualitas dan memiliki integritas
moral yang baik. Hakim seperti ini memiliki nalar dan penalaran yang
mempersiapkan diri secara lebih strategis untuk kepentingan tugasnya di masa
yang akan datang.
·
Kekuatan pikir.
Contoh
; Seorang hakim yang mengikuti program studi S2 atau S3 dalam setiap
kegiatan seminar di S2 atau dalam setiap kegiatan di ujian terbuka di program
S3. Dari materi ujian promovendus, ia tidak pernah luput dari pengamatannya,
baik melalui diskusi maupun melalui bentuk penulisan karya ilmiah. Pada saat ia
hadir dalam sebuah seminar, ia dengan mudah memahami substansi materi
pembahasan dan berusaha mengajukan tanggapan ataupun pertanyaan yang sangat
mudah dipahami oleh orang lain. Mahasiswa seperti ini memiliki kemampuan nalar
dan penalaran yang baik untuk menunjang kesuksesan program studinya di masa
yang akan datang.
·
Menggunakan nalar atau pemikiran logis.
Contoh
; Seorang pejabat perbankan di persidangan pengadilan negeri dan ia bertindak
sebagai saksi, lalu hakim mencecarnya dengan pertanyaan yang
beruntun. Lalu oleh saksi tersebut, menjawab dengan tenangnya bahwa dirinya
lupa...., lupa...., lupa.... dan seterusnya, bahkan kadang saksi tersebut
mengatakan bahwa dirinya tidak tahu. Hakim yang menyidangkan perkara ini harus
memiliki nalar dan penalaran yang baik, bahwa sangat tidak logis, seorang
saksi mengatakan ; lupa, lupa, lupa atau bahkan tidak tahu, padahal ia berkedudukan
sebagai salah seorang subyek hukum dalam perkara ini. Nalarpun berkata, mana
mungkin para terdakwa yang terdiri dari beberapa orang anggota DPR telah
divonis bersalah karena menerima sejumlah uang suap dan telah dijatuhi
hukuman pidana penjara antara satu sampai dua tahun, kalau tidak ada
orang yang memberi suap. Hakim harus membentuk atau membangun sebuah penalaran
terhadap kemungkinan adanya saksi-saksi yang terlibat memberi suap atas kasus
ini.
Contoh-contoh
tersebut merupakan sebagian fenomena umum yang terjadi di masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan. Dan di sana bisa ditemukan bagaimana fungsi dan
manfaat nalar dan penalaran itu.
2. INDUKSI
A.
Pengertian Induksi
Penalaran
induksi yaitu proses penalaran untuk menarik kesimpulan dari prinsip/sikap yang
berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus (induksi).
Ciri-ciri
Paragraf Induksi :
·
Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
·
Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
·
Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
·
Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas Kalimat utama paragraph
induktif
terletak di akhir paragraf
·
Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
·
Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan
peristiwa- peristiwa khusus
·
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
B.
Hal-hal yang berhubungan dengan Induksi
Penalaran
Induksi dan Coraknya
Penalaran induksi dapat dilakukan dengan tiga cara : generalisasi, analogi, hubungan kausal ( hubungan sebab akibat ),
Penalaran induksi dapat dilakukan dengan tiga cara : generalisasi, analogi, hubungan kausal ( hubungan sebab akibat ),
·
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara atau studi dokumentasi.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara atau studi dokumentasi.
·
Analogi
Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis. Analogi induksi ( kias ) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan “ apa yang berlaku pada satu hal akan berlaku pula untuk hal lainnya “ dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang dianalogikan.
Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis. Analogi induksi ( kias ) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan “ apa yang berlaku pada satu hal akan berlaku pula untuk hal lainnya “ dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang dianalogikan.
·
Hubungan Kausal
Menurut hokum kausalitas semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Tidak ada satu gejala atau kejadian yang muncul tanpa penyebab.
Menurut hokum kausalitas semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Tidak ada satu gejala atau kejadian yang muncul tanpa penyebab.
Sedikit
Tambahan :
#) Metode induksi
Metode berpikir induksi adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
#) Metode induksi
Metode berpikir induksi adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
C.
Contoh Kasus
·
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
·
Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
3. DEDUKSI
A.
Pengertian Deduksi
Penalaran
deduksi adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. Jika
premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil
kesimpulannya benar. Jika penalaran induksi
erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan
matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan.
B.
Hal-hal yang berhubungan dengan deduksi
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
·
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduksi. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduksi. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
·
Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
C.
Contoh Kasus
Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
Sumber
Referensi :
Karangan Ilmiah, Karangan Non Ilmiah dan
Metode Ilmiah
1.
PENGERTIAN KARANGAN ILMIAH
a.
Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu
dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
b.
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu
pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti.
Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para
pembaca.
c.
Karya ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan
menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metodologi penulisan yang benar.
Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal,
kata-katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya
d.
Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan.
Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data
yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian
ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara
ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah
berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan
sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan
kesimpulan dari penelitian tersebut.
Dari
berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa yang
dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang
berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di
lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah.
Hal
– hal yang berhubungan dengan karangan tulis ilmiah adalah sebagai berikut :
1.
Pengalaman Pribadi
2.
Tugas tugas kuliah
3.
Kegiatan sehari hari, dll.
Contoh
Karangan Ilmiah :
Karangan
ilmiah: memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut
metode dan penggunaan bahasa.
Misal: Efek Rumah Kaca, Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan dan Masih banyak lainnya
Misal: Efek Rumah Kaca, Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan dan Masih banyak lainnya
2.
PENGERTIAN KARANGAN NON ILMIAH
Pengertian
karangan non ilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang
dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya,
kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan
yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus
merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual
objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi. Kedua, karya
ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur
dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan
karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa
dalam melakukan pengklasifikasian.
Karangan
nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk
semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara
karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193)
menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah,
ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi
karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang
ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut
sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih
mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus.
Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati
kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis,
sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi
bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak
selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan
karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan
di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi,
tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel,
feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah
anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah
drama.
Karya
nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan
umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya
nonilmiah bersifat emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak
sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, persuasif:
penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi
sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, deskriptif: pendapat
pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan jika kritik adakalanya tanpa
dukungan bukti.
Hal
– hal yang berhubungan dengan karangan tulis non ilmiah adalah sebagai berikut
:
1.
Ditulis berdasarkan fakta pribadi
2.
Fakta yang disimpulkan subyektif
3.
Gaya bahasa konotatif dan populer
4.
Tidak memuat hipotesis
5.
Penyajian dibarengi dengan sejarah
6.
Bersifat imajinatif
7.
Situasi didramatisir
8.
Bersifat persuasif
9.
Tanpa dukungan bukti
Contoh
Karangan Non Ilmiah:
Karangan
non ilmiah: karangan yang tidak terikat pada karangan baku
Misal:
anekdot, opini, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
3.
PENGERTIAN METODE ILMIAH
Metode
ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis
dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat
berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu
hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori
ilmiah.
Unsur
utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1.
Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
2.
Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil
pengamatan dan pengukuran)
3.
Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4.
Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
Karakteristik
Metode Ilmiah
Metode
ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam
proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan
yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat
melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan-pengamatan yang dimaksud
seringkali memerlukan pengukuran dan perhitungan yang cermat. Proses pengukuran
dapat dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi
seperti bintang atau populasi manusia. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya
ditabulasikan dalam table. Digambarkan dalam bentuk grafik atau dipetakan dan
diproses dengan penghitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Umumnya
terdapat empat karakteristik penelitian ilmiah :
1.
Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara
berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana
sampai yang kompleks.
2.
Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan
berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut
prosedur atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika. Prosedur penalaran yang
dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur deduktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari
pernyataan yang bersifat umum.
3.
Empirik. Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari,
yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai
hasil penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu :
a). Hal-hal
empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b).
Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c).
Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.
4.
Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan
metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi
operasional variable menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Langkah-Langkah
Metode Ilmiah
1.
Memilih dan mendefinisikan masalah
2.
Survey terhadap data yang tersedia
3.
Memformulasikan hipotesa
4.
Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa
5.
Mengumpulkan data primer
6.
Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
7.
Membuat generalisasi dan kesimpulan
8.
Membuat laporan
Contoh Metode Ilmiah:
Contoh Metode Ilmiah:
1.
Daun sirsak obat kanker payudara
2. Kuning telur sebagai penghilang noda pakaian
3. Mengawetkan telur dengan minyak kelapa
4. Lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan
2. Kuning telur sebagai penghilang noda pakaian
3. Mengawetkan telur dengan minyak kelapa
4. Lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan
Sumber Refrensi:
http://fikarzone.wordpress.com/2011/02/15/karya-ilmiah-non-ilmiah/
http://jadikecil.wordpress.com/about/karya-ilmiah-bahasa-indonesia-tentang-global-warming/
http://copasmakalah.blogspot.com/2013/09/contoh-makalah-karya-ilmiah-tentang.html
http://genryusai.wordpress.com/2012/03/31/pengertian-karangan-ilmiahkarangan-non-ilmiah-dan-karangan-semi-ilmiah/
http://charensha.wordpress.com/2011/02/23/pengertian-metode-ilmiah/
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130926184003AAfcD2C
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130926184003AAfcD2C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar